parboaboa

Kabupaten Simalungun Raih Sertifikat Bebas Frambusia

Janaek Simarmata | Daerah | 15-03-2024

Foto sertifikat frambusia yang diterima Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun. (Foto: PARBOABOA/Janaek Simarmata)

PARBOABOA, Simalungun - Pada 6 Maret 2024 lalu, Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara (Sumut), meraih prestasi gemilang di bidang kesehatan dengan menerima sertifikat bebas frambusia.

Sertifikat tersebut diberikan langsung oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia (RI), Budi Gunadi Sadikin kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun, Edwin Tony Simanjuntak. 

Sebelumnya, pada 2020, Simalungun diberi kesempatan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumut untuk ikut program bebas frambusia. Namun, saat itu, pengelola frambusia kabupaten menghadapi kesulitan karena masih Covid.

Kesempatan itu datang lagi pada 2022 dan pengelola frambusia Kabupaten Simalungun mendapat dukungan penuh dari Sekretaris Daerah, Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P).

Dukungan tersebut mendorong pengelola dengan mantap menyanggupi untuk mengikuti survei di 2023 guna mendeteksi gejala dan persebaran penyakit infeksi kulit tersebut.

Alhasil, setahun berselang, pada 2024, tiga kabupaten di Provinsi Sumut termasuk Kabupaten Simalungun menerima sertifikat bebas frambusia. Dua kabupaten lainnya adalah Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Toba.    

Bagian pengelolah frambusia Kabupaten Simalungun, Hamonangan Nahampun mengatakan, frambusia adalah jenis penyakit seperti koreng, berair dan berbau amis namun penyebabnya bukan karena kecelakaan atau luka karena gatal.

Penyakit ini, kata dia, disebabkan oleh bakteri karena tidak menjaga pola hidup bersih, seperti rentan terjadi pada anak-anak yang mandi tidak menggunakan sabun.  

"Ada anak sering mandi tidak pakai sabun. Karena pencegahannya itu hanya menggunakan air bersih dan sabun, itu saja," ujarnya kepada PARBOABOA Rabu (13/3/2024).

Apa yang terlihat seperti koreng pada penyakit ini, tampak berair, berlubang seperti bisul yang sudah pecah. Namun, tidak terasa sakit, hanya gatal bahkan cenderung mati rasa.

Hamonangan mengatakan, untuk mendeteksi frambusia, seorang yang memiliki luka bukan karena kecelakaan akan diperiksa dengan cara rapid frambusia. Selanjutnya, cairan atau darah dari luka tersebut diambil, dan apabila tidak reaktif berarti bukan termasuk frambusia.

Sementara itu, penyebaran frambusia dapat terjadi apabila terkena cairan luka pengidap dan juga karena berganti-ganti pakaian dengan orang terinfeksi. Ketika bakteri berpindah ke kulit lain maka akan menyebabkan penularan.

Namun demikian, Hamonangan menegaskan agar tidak perlu terlalu khawatir karena saat ini telah ditemukan obat frambusia yaitu azithromycin

"Penyakit ini sudah ada obatnya, azithromycin. Biasanya diminum sekali saja dalam dua minggu langsung hilang," ujarnya. 

Kepala P2P Kabupaten Simalungun, Rohanta Saragih mengatakan, pihaknya telah melakukan survei dari Januari hingga Desember selama tahun 2023 untuk mendeteksi frambusia di daerahnya.

Fokus pengecekan kata Rohanta, dilakukan di sekolah-sekolah menyasar anak-anak berusia maksimal 14 tahun. Hasilnya, saat ini Kabupaten Simalungun dinyatakan bebas frambusia.

Ia menegaskan, proses ini tidak sekali jadi melainkan melewati beberapa tahapan dengan melibatkan pihak-pihak berkepentingan dan berkompeten.

"Bukan serta merta kami uda gak ada lagi, bukan gitu. Banyak tahapannya kita siapkan dokumen, ada survei, ada sosialisasinya, kemudian dari pihak kemenkes itu turun untuk menilai itu benarkah seperti yang ada di laporannya, mereka melihat benar benar baru kita dinyatakan bebas frambusia, katanya kepada PARBOABOA.

Untuk diketahui, sertifikat bebas frambusia ini diberikan menyusul adanya program Menteri Kesehatan RI, yaitu Indonesia Bebas Frambusia.

Sertifikat ini juga menandai adanya pengakuan secara nasional bahwasannya kabupaten Simalungun terbebas dari frambusia.

Rohanta menegaskan, "kalau nantinya ternyata ada ya maka di tarik lagi, gitu kan."

Dia menambahkan, walau saat ini pola hidup sehat di Simalungun relatif terjaga, kedepan, survei akan tetap dilakukan. Hal ini untuk memastikan agar masyarakat tetap waspada, terutama anak-anak 14 tahun ke bawah mengingat penyakit ini rentan terhadap usia mereka. 

Editor : Gregorius Agung

Tag : #frambusia    #simalungun    #daerah    #kemenkes    #sertifikat frambusia   

BACA JUGA

BERITA TERBARU