Beby Nitani | Kesehatan | 02-04-2024
PARBOABOA, Jakarta – Di tengah berbagai tantangan kesehatan yang dihadapi masyarakat Indonesia, kini muncul ancaman baru yang secara khusus menyerang kelompok anak-anak.
Dikenal sebagai Flu Singapura, atau Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD), penyakit ini bukanlah sesuatu yang asing di Asia Tenggara.
Namun, kini Indonesia tengah menghadapi lonjakan kasus Flu Singapura yang signifikan dan menjadi fokus utama para ahli kesehatan di negara ini.
Kenaikan kasus yang mencolok ini menegaskan urgensi untuk meningkatkan kewaspadaan dan langkah-langkah pencegahan terhadap penyebarannya.
Penyakit yang umumnya menyerang bayi dan anak-anak di bawah usia lima tahun ini disebabkan oleh infeksi virus yang berasal dari genus Enterovirus, termasuk Coxsackievirus dan Human Enterovirus 71 (HEV 71).
Menurut laman Hermina Hospital, Flu Singapura awalnya ditemukan pada 1957 dan pertama kali muncul di Toronto, Kanada.
Penyakit yang ditandai dengan munculnya ruam ini sering disebut 'flu' karena gejalanya yang mirip dengan flu biasa.
Penamaan tersebut muncul pada masa ketika Singapura mengalami banyak kasus dan kematian akibat penyakit ini. Sampai saat ini, belum ada pengobatan khusus yang secara efektif mengatasi Flu Singapura.
Anak-anak yang terinfeksi penyakit ini memerlukan perawatan medis segera, mengingat risiko dehidrasi yang meningkat beberapa hari setelah terinfeksi, akibat kesulitan dalam menelan.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Indonesia saat ini tengah menghadapi penyebaran kasus flu Singapura yang signifikan.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), jumlah kasus yang tercatat sudah melampaui 5 ribu.
Edi Hartoyo, seorang dokter umum dan spesialis anak, menegaskan pentingnya segera membawa anak yang menunjukkan gejala klinis ke rumah sakit.
Dirinya menjelaskan bahwa gejala yang tidak ditangani dengan cepat berpotensi menyerang otak, suatu kondisi yang bisa sangat berbahaya. Sayangnya, hingga saat ini belum tersedia vaksin untuk virus Flu Singapura.
Dalam sebuah Media Briefing yang dilaksanakan secara virtual bertajuk ‘Flu Singapura pada Anak’ pada Selasa, (2/04/2024), Edi Hartoyo menyampaikan bahwa kasus-kasus dengan manifestasi klinis yang serius memerlukan penanganan di rumah sakit. Berikut merupakan gejala yang umumnya dialami penderita Flu Singapura:
Lebih lanjut, Edi juga menyampaikan bahwa Flu Singapura juga dapat menimbulkan gangguan pada jantung dan paru-paru (cardiopulmonary). Gejala ini dapat menyebabkan beberapa kondisi, termasuk takikardia, dispneu, takipneu, dan perfusi perifer yang tidak optimal.
Selain itu, Flu Singapura juga menyerang sistem neurologis, yang dapat menimbulkan berbagai kondisi serius, termasuk meningitis, ensefalitis, dan acute flaccid paralysis (AFP).
Beberapa gejala yang tampak, diantaranya nyeri kepala, kaku kuduk, letargi, apatis, kejang, koma dan paralilsis.
Meskipun gejala Flu Singapura cenderung bersifat ringan, terdapat situasi di mana penyakit ini bisa berujung pada komplikasi yang serius, termasuk lesi pada area mulut.
Lesi sendiri bisa mengakibatkan anak kesulitan minum dan makan, yang dapat berpotensi menimbulkan dehidrasi.
Dalam kasus yang lebih serius, Flu Singapura juga berpotensi menimbulkan komplikasi berat seperti meningitis, yang merupakan peradangan pada selaput yang melindungi otak, serta komplikasi lainnya, termasuk pengelupasan kuku pada tangan dan kaki
Sayangnya, penyakit ini memiliki tingkat penularan yang cukup tinggi. Apa saja metode penularan flu Singapura?
Penularan ini terjadi ketika seseorang secara fisik bersentuhan dengan individu yang terinfeksi. Ini memungkinkan patogen berpindah langsung dari satu orang ke orang lain tanpa perantara.
Salah satu penularannya melalui droplet saluran pernafasan, fekal-oral, air liur, feses, cairan vesikel atau sekret
Penularan ini terjadi melalui perantara, seperti menyentuh permukaan atau objek yang telah terkontaminasi oleh patogen dari seseorang yang terinfeksi.
Penularan Flu Singapura bisa terjadi ketika seseorang berbagi peralatan makan atau minum dengan individu yang terinfeksi, atau melalui kontak dengan benda-benda yang telah terkontaminasi virus.
Jika kemudian seseorang menyentuh wajah atau mulutnya tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, risiko terinfeksi dapat meningkat.
Meskipun di Indonesia belum terdapat kasus kematian terkait flu singapura, menurut Edi Hartoyo ada beberapa cara untuk pencegahannya, antara lain:
Editor : Beby Nitani
Tag : #flu singapura #kasus melonjak #kesehatan #indonesia #HFMD